Tigasisinews.id,JAKARTA – Ketika saya menulis kata pengantar buku seri-5, Solusi Out of The Box, posisi penulisnya, Vickner Sinaga, sudah berbeda dengan saat ia menuliskannya.
Kini, di bulan Februari 2025, Vickner Sinaga sudah terpilih sebagai bupati di tanah kelahirannya, Kabupaten Dairi, di pedalaman Sumatera Utara.
Jarak antara ia menjabat direktur Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan terpilih sebagai bupati cukup lama: hampir 10 tahun. Saya bisa membayangkan betapa gelisah jiwanya. Ia orang yang terbiasa kerja keras. Badannya sehat dan kuat.
Pemikirannya jernih. Orientasinya ke yang serba produktif. Salah satu kesibukan untuk mengisi waktu gelisah itu adalah menulis buku. Harusnya sejak lama ia menulis buku. Pengalamannya begitu panjang dan menantang. Pasti menarik untuk jadi bahan pelajaran bagi orang yang ingin maju.

a. AKBP Budi Johanes Harahap / Ruth Aurelia S. Gz, Dietisen. Cucu Michael & Gabriel.
b. St. Joseph Dimitri Sidabutar B Sc / Christine Fransiska Sinaga ST., MBA. Cucu Mora & Abiel
c. Erikson Siregar SH / Rahel Gracia Sinaga S. Psi.
d. David Tamba ST. / Ribka Rosintha Regina Sinaga ST. Cucu, Jovanka Kemuning.
e. Alfredo Waldemar Sinaga B. Sc
Kesibukannya yang tinggi membuat Vickner baru punya waktu ketika sudah tidak menjadi direktur PLN. Maka dengan cepat ia mampu menulis buku berseri-seri. Bagi Vickner itu tidak sulit. Yang ia tulis adalah pengalamannya sendiri. Maka buku ini sangat orisinil. Bukan hanya berdasar literatur tapi berdasar kenyataan di lapangan.
Apalagi Vickner begitu banyak melakukan terobosan. Ia begitu banyak membuat langkah-langkah baru. Out of the Box. Bacalah sendiri buku ini. Anda akan menemukan apa yang saya tulis ini.
Zaman Pak Vickner Sinaga menjadi direktur PLN adalah zaman sulit-sulitnya PLN. Serba tidak cukup. Pasokan listrik tidak cukup. Jaringan tidak cukup. Trafo tidak cukup.
Dari yang serba tidak cukup itu Pak Vickner Sinaga bertanggung jawab atas wilayah yang paling tidak cukup: Indonesia Timur. Dari semua kesulitan ia mendapat wilayah yang paling sulit.
Justru itu yang membuat Pak Vickner bisa mengeluarkan segala pemikirannya untuk mengatasi kesulitan yang tersulit.
Ia jelajahi wilayah-wilayah sulit nan jauh. Misalnya Sumba Barat Daya. Pulau-pulau kecil di Maluku Tenggara. Pegunungan-pegunungan bisu di pedalaman Jayawijaya Papua.
Hidup Pak Vickner adalah hidup yang tidak mudah. Tapi saya, sebagai direktur utama PLN saat itu mencatat kehebatan beliau. Tidak mengeluh. Tidak menyerah, Pantang mundur.
Kini Pak Vickner jadi bupati di sebuah kabupaten Sumut. Bagi Pak Vickner Dairi masih lebih mudah diakses dibanding Jayawijaya. Benar bahwa Dairi harus dibuat maju. Saya yakin ia bisa. Ia sudah teruji. Apalagi di sini menyangkut kampung halaman sendiri. Ia akan all out memajukan kampung halamannya.
Saya membayangkan otak Pak Vickner sekarang sangat penuh dengan ide. Yakni ide memajukan Dairi.
Ide yang sudah sejak lama ia tumpuk di otaknya. Penuh. Sampai ingin meledak. Kini saatnya otak yang penuh ide itu diledakkan untuk kemajuan Dairi.
Selamat berjuang untuk kemajuan kampung halaman.
Oleh :Dahlan Iskan untuk Vickner Sinaga.
“Terima Kasih pak Dis, (panggilan akrabnya), bertambah semangat di usia kami yang sudah tidak muda lagi. Mohon pemdampingannya, berupa edukasi kepada jurnalis junior. Yang kini, lebih kepada kuantitas dibanding dengan kualitas. Terutama di media online.
Kudedikasikan buat tim buku, Rahel, Kristin Elisabeth, Mumun Muniroh, Desiana Melyasari. Putriku Christine Fransiska dan putraku Alfredo Waldemar. Kuposting di Jakarta, Rabu mlm 19 Februari 2025; Vickner Sinaga.