MEDAN – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) siap menjalin kerja sama dengan daerah lain di bidang pertanian, sesuai saran Bank Indonesia (BI) untuk menekan lonjakan inflasi di masa pandemi Covid-19. Apalagi bidang pertanian menjadi salah satu fokus Pemprov Sumut saat ini.
Hal itu disampaikan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi usai mengikuti rapat koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut dan Satgas Pangan Sumut, di Pendopo Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman No 41 Medan, Kamis (18/6).
Gubernur mengatakan keinginannya untuk membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang fokus mengelola hasil pertanian, sehingga bisa menjalin kerja sama dengan daerah lain yang surplus hasil pertaniannya. “Saya ke depan akan fokus pada pertanian dan akan mengembalikan Sumut menjadi daerah yang agraris, sebulan sekali kita akan lakukan kegiatan panen bersama para petani,” ujar Edy Rahmayadi.
Melihat perkembangan inflasi Sumut dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang mencatat masih rendahnya nilai tukar petani (NTP), Gubernur pun mengajak agar BUMD yang ada melakukan inovasi untuk mengelola hasil pertanian dari petani. “Produksi bawang merah di Sumut sebesar 18.072 ton/tahun, namun kebutuhan bawang merah Sumut mencapai 4.057 ton/bulan atau sekitar 48.684 per tahun. Sehingga Sumut harus impor dari daerah lain. Kenapa bisa seperti itu, padahal tanah subur dan luas. Disamping ketersedian pangan yg penting juga diperhatikan harganya. Agar nilai tukar petani diatas 100. Saya akan terus bergerak untuk menyejahterakan petani,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut Wiwiek Sisto Widayat menyampaikan paparan tentang beberapa komoditas pertanian di Sumut yang mengalami defisit dan dapat memicu ketidakstabilan harga. Untuk mengantisipasi lonjakan inflasi karena defisit komoditi, Wiwiek pun menyarankan Pemprov Sumut untuk melakukan kerja sama antar daerah.
“Pada triwulan kedua ini, Sumut surplus beberapa komuditas pertanian yakni beras, cabai merah, cabai rawit, telur ayam dan minyak goreng. Tapi juga ada beberapa komoditas yang mengalami defisit komoditas pangan semisal bawang merah, bawang putih dan gula pasir. Beberapa waktu lalu daging ayam sempat melonjak harganya, tapi hari ini sudah terkendali. Untuk menekan angka inflasi, saya menyarankan untuk segera dilakukan kerja sama antar daerah terkhusus di bidang pertanian,” katanya.
Wiwiek pun mencontohkan bahwa Sumut bisa bekerja sama dengan Sumatera Barat yang surplus bawang merah. “Menutupi defisit bawang merah, Sumut bisa jajaki kerja sama dengan Sumbar. Kita sama mengetahui bahwa Solok penghasil bawang merah terbesar di Indonesia,”tambahnya.
Sebelumnya, Wiwiek menyampaikan bahwa Sumut mengalami inflasi 0,43% selama Mei 2020, dengan tingkat inflasi tahunan dan kumulatif hingga Mei tercatat sebesar 0,68% (ytd dan yoi). Namun angka inflasi itu lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, yakni 1,19%.
Untuk mengantisipasi lonjakan inflasi, TPID pun akan terus aktif melakukan operasi pasar dan sosialisasi kepada masyarakat. “TPID akan terus melakukan operasi pasar, mengadakan pasar murah, melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan panic buying. Meskipun dia di rumah saja, tapi belanjanya melebihi kebutuhan, itu juga akan menimbulkan masalah. Untuk itu belanja sesuai kebutuhan saja,”ujarnya.
Turut hadir pada rapat tersebut Sekretaris Daerah Sumut R Sabrina, Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi dan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut Dahler Lubis.(net/fb)