DAIRI – Pembelajaran secara daring dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar tetap jalan di tengah pandemi corona. Belajar daring atau Online merupakan upaya untuk mencegah wabah Covid-19.
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan agar sekolah-sekolah meminta siswanya untuk belajar di rumah., dan itu sudah berlaku mulai 16 Maret 2020 lalu. Sekolah menerapkan metode pembelajaran siswa secara daring. Namun seberapa efektifkah pembelajaran jarak jauh ini?.
Plt, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi, Besli Pane, saat ditemui Tigasisi diruang kerjanya Senin, (04/05/2020) menjelaskan, Meski telah disepakati, dan cara ini menuai kontroversi, namun pembelajaran secara daring dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar agar tetap jalan meski di tengah pandemi corona.
“Apa mau diperbuat?, Belajar daring adalah salah satu solusi. Sebagai pendukungnya, guru juga diarahkan melakukan kunjungan langsung dari rumah ke rumah siswanya (door to door) terutama daerah yang jauh di pelosok yang tidak terjangkau internet” kata Besli.
Meskipun merupakan sebuah solusi, jelas Besli bukan berarti solusi ini tanpa kendala. Kemampuan teknologi dan ekonomi setiap siswa di setiap daerah tentu berbeda-beda.
” Dilema memang. Tidak semua siswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Koneksi internet yang terbatas, gawai (telepon genggam) yang nggak mumpuni, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan nyata, karena orangtua harus mengeluarkan biay tambahan untuk itu”, tegas Besli.
Besli menambahkan bahwa bagi tenaga pengajar, sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk penugasan. Selain itu tenaga pengajar menganggap untuk membuat siswa
memahami materi, cara daring dinilai sulit.
Meskipun begitu, kata Besli pembelajaran harus terus berlanjut. Setiap sekolah memiliki kebijakan masing-masing dalam menyikapi aturan ini.
“Kegiatan pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan belajar mengajar konvensional, karena ada beberapa materi yang harus dijelaskan secara langsung. Kalau efektivitas, ya jelas, beda jauh dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) konvensional atau secara langsung, karena materi yang disampaikan belum tentu bisa dipahami
semua siswa. Ada keterbatasan untuk tanya jawab”, kata Besli,
Selain itu, kata Besli berdasarkan pengalamannya, para guru menjadi tidak tahu perkembangan pengetahuan dan perilaku anak didik yang sebenarnya karena tidak bisa bertatap muka secara langsung. Tapi apa boleh buat, solusi ini harus ditempuh demi kelangsungan pendidikan kita, tegasnya.
Standar Kelulusan Siswa
Terkait Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan Nomor 4 tahun 2020, yang berisi tentang peniadaan Ujian Nasional juga tolok ukur kelulusan dan kenaikan kelas akibat merebaknya Virus Corona, Besli menjelaskan Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi sudah meneruskan kebijakan tersebut kepada seluruh satuan pendidikan yang seharusnya melakukan ujian ini.
“Sesuai SE Menteri Pendidikan dalam poin ke-3 dikatakan bahwa ujian sekolah dapat dilaksanakan melalui portofolio hasil nilai rapor dari hasil ujian semester satu hingga semester lima, termasuk dalam kenaikan kelas siswa”.
“Kami menghimbau kepada para guru melalui Kepala Sekolah di setiap satuan pendidikan untuk selalu memantau dan memberikan laporan anak didik selama belajar di rumah termasuk memantau kondisi kesehatan siswanya. Kita wajib menjalin komunikasi antara guru, siswa dan orang tua untuk meminimalisir dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” tutup Besli. (AMS)