DAIRI – Traffic light (red:lampu lalu lintas) bernilai fantastis di kota Sidikalang, kabupaten Dairi kini jadi sorotan. Apa pasal?, lampu lintas yang berada di Jalan Sisingamagaraja Simpang Empat baru selesai dipasang akhir desember lalu kini sudah mati, dan tak berfungsi.
Berdasarkan pengamatan dilapangan, Lampu Lalu Lintas dari arah Jalan Sitelu Nempu (Pasar Lama) sudah dua minggu tak berfungsi, yang mengakibat Kemacetan diruas jalan tersebut.
Mengetahui hal tersebut, Tigasisi mengkonfirmasi kepada Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Dairi, Datulam Padang diruang kerjanya, Jumat (17/04/2020)., terkait sumber dana, jaminan, pemeliharaan, termasuk pihak yang mengerjakan proyek tersebut.
“Ini adalah bantuan. Kita dari donatur”
“Daripada dana itu tidak terealisasi, saya minta tolonglah sama sebuah perusahaan, kebetulan pemiliknya orang Sumatera Utara. Dan budgetnya itu sudah jauh dibawah harga normal.Gak masuk akal kalau itu ditenderkan”, kata Datulam.
“Coba kalian bandingkan dengan Medan dan Binjai, pasti Empat Ratusan pagunya. Binjai aja komplen sama kita, kok Dairi bisa dapat segitu. Diluar apa itu, pasti kerugian itu” kata Datulam sembari meminta salah satu stafnya mengambilkan data.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh staf dinas perhubungan tersebut diperoleh informasi bahwa proyek lampu lalu- lintas tersebut dikerjakan oleh perusahaan CV.Richrach di Medan, dengan rincian biaya sebagai berikut.
Lampu Jalan di Simpang Salak pagunya Rp.246 450 000, di Simpang PSSSI Rp. 246.300.000, dan di Simpang Empat RP. 246.400.000. Demikian informasi yang diperoleh dari staf Dinas Perhubungan yang dibacakan diahadapan Datulam Padang dan Tim Tigasisi.
Ketika ditanya soal jaminan pemeliharaan dari perusahaan, Datulam menjelaskan bahwa perusahaan itu adalah perusahaan yang bertanggung jawab.
” Seperti saya sudah bilang tadi kan, biasanya kalau sudah kita telepon, trus datangnya orang perusahaannya kesini. Terkadang saya kasihan juga lihatnya. Memang betul-betul bertanggung jawab.”
“Kalau kita telepon, selalu datang itu. Kualanamu pun mereka yang apakan itu” tambahnya.
Saat ditanya, apa yang membuat lampu jalan itu menjadi mahal dan sampai berapa lama perusahaan tersebut memberikan tanghung jawabnya terhadap priyek tersebut, Datulam menjawab itu sudah soal teknis.
“Waduh, itu sudah teknis lah ya?. Soal waktu yangung jawabnya, sebenarnya aturannya sudah selesai, tapi mereka selalu datang bila kita telepon” ujarnya lagi.
“Apa yang bisa saya bantu untuk Sumatera Utara, kira-kira begitulah dia”,kata nya menirukan.
Sebagai informasi, proyek lampu lalu lintas ini sempat menuai kontroversi, terutama yang berada di Simpang Salak, karena dinilai kurang efektif dan malah menimbulkan kemacetan, selain itu bangunan lampu lalu lintas yang lama pun masih bisa difungsikan demi menghemat anggaran.
Menanggapi hal ini, Datulam Padang punya pendapat lain.
“Lampu yang lama kan sudah Dua Puluh tahun lebih, perlu diperbaharui. Sebenarnya ini semua tanggung jawab dinas perhubungan”, katanya mengakhiri wawancara.
Sementara itu, pihak perusahaan yang dimaksud saat dihubungi lewat telepon sesuai nomor yang diberikan mengatakan tak tau menau soal hal tersebut.
“Kita tak mengerti soal hal itu, tanya saja kadis perhubungan”, tutupnya. (TGS)