tigasisinews.id, DAIRI – Nasib pilu dialami ibu – ibu warga Desa Belang Malum, Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Pasalnya mereka mengaku dipecat sebagai Kader Posyandu Balita dan Kader lansia. Hal itu diakui lantaran mereka melakukan kritikan terhadap BMT (Bahan Makan Tambahan) dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dari desa.
Roma Panggabean merupakan kader posyandu Balita desa Belang Malum pada tahun 2024 mengaku menjadi salah satu yang dipecat sebagai Kader Posyandu Balita di Desanya.
Ia mengaku kecewa dengan kebijakan Kepala desa, karena ia mengkritik BMT yang diberikan kepada Balita di desanya, namun pihak desa tidak terima dengan kritikan tersebut sehingga dirinya diberhentikan.
“Apa salah kami mengkritik, dan itu bukan untuk pribadi saya, melainkan untuk kebaikan masyarakat umum khususnya anak – anak. Sejalan juga dengan janji dia sewaktu mencalonkan dulu menjadi kepala desa yaitu memperbaiki BMT untuk balita, lansia dan BMT ibu hamil tapi semua nol atau tidak sesuai”, ucapnya, Sabtu (15/02/2024)
“Harusnya kritikan kita itu diterima karena kritikan kita itu untuk kebaikan dan kritik membangun”, tambahnya kemudian.
Salah satu kritikan yang disampaikan Roma yaitu menu BMT yang diberikan kepada Balita. Menurutnya tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan sang Kades.
“Tinggi visi misi nya tapi tidak sesuai dengan pelaksanannya, telor terus, terus telor. Padahal saat itu ia berkata jika saya salah dalam membuat kebijakan silahkan di sampaikan ke saya, tapi ketika di kritik ia bersama bunda paud tidak terima”, jelasnya.
“Belum lagi telur BMT yang diberikan pernah busuk dan kadang kurang. Kalo kita ingatkan tidak terima. Seolah kita itu dianggap menghina mereka”, tambahnya lagi.
Dengan kondisi BMT yang diberikan kepada anak Balita didesa, Roma Panggabean bertanya – tanya soal anggaran yang dikelola, apakah sangat terbatas atau seperti apa.
“Harusnya transparan dong berapa total dana BMT, Kami sebagai warga bertanya tanya, berapakah sebenarnya anggaran BMT pertahun di desa Belang Malum kenapa bisa telor terus, padahal jumlah balita hanya sekitar 50 di desa kami”, ungkapnya.
Roma Panggabean yang juga mendukung dan memenangkan Kepala desa Belang Malum mengaji kecewa atas kebijakan yang iya lakukan.
“Saya diberhentikan kades, sementara SK belum di kasih. sungguh kejam ternyata dia, aku tidak menyangka dia Setega itu. Katanya pengurangan kader posyandu berdasarkan keputusan camat, hal itu disampaikan melalui Krisiana Malau namun kami tidak lihat surat keputusan dan justru kami dilarang mengambil dokumen tasi ada saat itu. Saya menduga kami diberhentikan secara sepihak”, jelasnya.
“Saya menyesal memilih dia menjadi kepala desa, salah pilih saya. Kalau dia ingat bagaimana perjuangan saya ikut untuk memenangkan dia menjadi kepala desa, tapi ternyata dia lupa”, pungkasnya.
Rasa kecewa terhadap keputusan yang dilakukan Kepala Desa Belang Malum ikut dirasakan oleh Purnama Lumban Tobing. Sebagai kader lansia ia juga tak tau kenapa ia di berhentikan.
“Saya adalah kader lansia di desa Belang Malum, saya dipecat jadi kader lansia tanpa sepengetahuan saya. Mungkin ya karna kami selama ini sering mengkritik PMT”, ucapnya.
Ia menceritakan soal pembagian PMT yang tidak wajar oleh pemerintah desa.
“Satu Roti lah kami para lansia bagi dua, jadi kan gak salah kalo itu kita kritik. Karena sesuai dengan visi misinya harus lebih baik lagi desa Belang Malu kedepannya. Tapi mungkin karena kritikan itu kami dipecat, nggak bisa nya rupanya kita mengkritik”, sebutnya.
Diterangkan ia bersama lansia lainnya di berhentikan karena masa tugas sudah berakhir.
“Alasannya SK kami hanya 1 tahun, tidak diberitahu pada saat penyerahan SK kami saat itu. Selain itu katanya hanya 5 yang dipecat namun nyatanya ada 9 orang yang di pecat”, tambahnya.
Purnama turut mengaku kecewa dengan kebijakan yang dilakukan oleh kepala desa Belang Malum. Sebagai lansia ia hanya bisa pasrah dengan nasib yang menimpanya dengan lansia lainnya.
“Kami sungguh kecewa dengan kebijakan kepala desa, karena tidak sesuai dengan visi misi nya saat mencalonkan dulu, saat itu ia berkata silahkan kritik jika ada masukan atau saran, namun nyatanya tidak sesuai dengan yang sekarang”, pungkasnya mengakhiri.
Sementara Kepala Desa Belang Malum, Sunta Tutur Simorangkir saat coba di konfirmasi melalui pesan dan telephon aplikasi WhatsApp, namun hingga berita ini diterbitkan beliau belum memberikan tanggapan.
Reporter: Iwan
Editor: Rud