Dairi – Diawali dengan kegiatan kebaktian, Perayaan hari tani
Nasional tahun 2020
Petrasa bersama Yayasan Diakonia Pelangi Kasih (YDPK) diisi dengan kegiatan talk show bertemakan ‘Tanah untuk Tani’, bertempat di halaman kantor Petrasa jalan Pahlawan, Panji Sibura-bura, Kamis (24/09/2020).
Kegiatan talk show ini menghadirka n beberapa narasumber sepweti Kepala Dinas pertanian Efendy Berutu, Eferita Sinaga dari seksi peningkatan kapasitas lingkungan hidup dinas lingkungan hidup Dairi, Duat Sihombing dari Petrasa, Sarah Naibaho dari YDPK, dan Opung Gideon perwakilan petani dari Parongil.
Mengawali talkshow Opung Gideon menyampaikan keluhannya terkait kehadiran PT.DPM yang mengeksploitasi tanah pertanian termasuk hutan untuk pertambangan.
“Sedangkan Gunung Sinabung meletus asapnya saja sampai ke Dairi. Jadi tidak masuk akal bila PT DPM mengklaim yang telah mengeksploitasi tanah di Dairi tidak punya resiko bagi pertanian di Dairi. Itu hanya pendapat mereka. Saya tidak pernah makan dari pertambangan, saya makan dari pertanian” ucapnya lantang.
Opung Gideon juga menceritakan pengalamanya di Tahun 2012 bahwasanya Ia pernah dipanggil alm. Camat Boang Manalu bicara soal PT.DPM.
“Kalau lebih banyak dampak negatif dari dampak positif, Tutup saja PT DPM itu, katanya saat itu, dan itu jadi catatan buat saya. Pertanyaanya, Apakah ada pejabat yang sekarang mampu memeteraikan dan bisa membuktikan bahwa PT.DPM tidak berdampak negatif bagi warga”, tanyanya.
Menanggapi hal tersebut, Sarah Naibaho dari YDPK menjelaskan untuk konteks Dairi, ada sektor yang mendukung ekonomi yaitu pertanian dan pertambangan.
“Pertambangan adalah industri/ usaha ekstraktif (red: keruk).
Pertambangan seperti PT.DPM adalah milik negara lain yang rakus.
Lapindo adalah contoh dampak tambang yang mengorbankan pertanian dan ruang lingkup warga,lalu apa yang kita harapakan dari PT DPM?” ucapnya.
Ditambahkan, Dairi adalah zona merah rawan bencana. Jadi Dairi adalah wilayah yang hanya tepat untuk sektor pertanian bukan pertambangan.
“Dairi akan menjadi swalayan bencana. Seperti banjir bandang yang akan menjadi langganan bencana. Bagaiman petani dengan tenang bertani bila lahan dan hutannya dirusak.Bicara tani adalah bicara tanah dan air. Kita memilih ekonomi dari sektor pertanian yang lebi berkelanjutan”, imbuhnya.
Sementara itu kepala dinas pertanian Dairi, Efendy berutu menitik beratkan pembahasan pada pemberdayaan tanah Untuk pertanian. Dikatakan bahwa
Dalam tugas pokok dan fungsi dinas pertanian bicara memanfaatkan tidak bicara kepemilikan.
“Selagi bisa ditanami, marilah ditanami dan dimanfaatkan untuk berproduksi dan bermanfaat secara ekonomi, karena disitulah dinas pertanian berperan.
Efendy berutu mengatakan bahwa petani adalah pahlawan ekonomi.Hal tersebut terbukti pada saat 3 (tiga) kali resesi ekonomi hanya sektor pertanian lah yang mampu bertahan.
“Komoditi pertanian masih tetap eksis, hingga saat ini termasuk pada saat pandemi covid 19. Pertanian jadi fokus perhatian seperti yang disampaikan presiden termasuk Konsep pertanian Dairi yaitu agriunggul”, ucapnya.
Mewakili yayasan Petrasa, Duat Sihombing menyebutkan bahwa selam 15 tahun Petrasa sudah memulai mensosialisasikan pertanian organik akan tetapi tidak seberapa petani yang mengikuti jejak itu.
Terkait pertambangan, Duat menyebut Keberadaan pertambangan dikawasan hutan dan pemukiman warga akan menghilangkan luas lahan yang bisa diberdayakan oleh petani.
“Tanah adalah identitas petani
Jadi sebaiknya pemerintah daerah lebih berhati-hatilah dalam memberi izin bagi para investor pertambangan, karena pertambangan hanya berkontribusi 2,7 % pdb daerah”, kata Duat
Ditambahkannya, bahwa Petrasa senantiasa concern dalam sektor pertanian organik. Jangan pernah menjual tanah pada investor, cukup tanami tanah untuk pertanian yang berkelanjutan.
Kegiatan talkshow hari tani nasional 8ni juga diisi dengan berbagainkegiatam yang tetap mengedepankan protokol kesehatan sepwrti pembacaan puissi dan petisi, fragmen, demo masak serta hiburan rakyat.(dams)